Search This Blog
Temukan beragam artikel lifestyle, tips dan trik, teknologi, dan finance di sini!
Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Burnout Bukan Malas Tapi Lelah yang Mungkin Tidak Terlihat
![]() |
| Foto oleh Vlada Karpovich dari Pexels |
Ada fenomena di mana orang dikira malas padahal ada lain di balik itu. Seperti kelelahan yang sering disalahpahami karena gejalanya tidak terlalu terlihat dan terjadi tidak secara fisik. Kelelahan tersebut kemudian dianggap sebagai sikap malas dari seseorang, padahal itu adalah burnout.
Burnout sendiri menjadi kondisi psikologis yang ditandai dengan kelelahan secara emosional, mental, dna terkadang bisa juga mempengaruhi fisik seseorang. Kondisi ini berasal dari stres yang terjadi secara berkepanjangan.
Berbeda dengan perasaan lelah atau malas biasa, yang bisa diatasi dengan istirahat maupun motivasi. Sebaliknya, kemalasan ini adalah perasaan enggan untuk beraktivitas secara sadar.
Apa Itu Burnout?
Menurut WHO, burnout adalah kondisi kelelahan yang muncul karena stres berkepanjangan di tempat kerja yang tidak ditangani dengan baik.
Ada tiga ciri utama dari kondisi ini, mulai dari perasaan lelah dan kehabisan energi, menjauh secara emosional dari pekerjaan bahkan bisa jadi sinis atau negatif terhadapnya, hingga merasa tidak lagi produktif atau bekerja tidak sebaik dulu lagi.
Burnout hanya berlaku dalam konteks pekerjaan, jadi tidak dapat digunakan untuk digunakan menjelaskan kelelahan dalam aspek kehidupan lain seperti hubungan pribadi maupun dengan keluarga.
Kondisi kelelahan secara mental, fisik, dan emosional dapat terjadi setelah bekerja terlalu keras atau berada dalam tekanan dalam waktu yang lama. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, seperti lingkungan kerja yang penuh tekanan, tanggung jawab yang terlalu banyak, hingga tuntutan pekerjaan yang tinggi.
Penyebab Burnout
Burnout bisa muncul karena berbagai faktor, dan salah satu penyebab utamanya adalah stres akibat terlalu banyak bekerja. Sering kali melakukan tindakan-tindakan kecil tapi terus menerus untuk memenuhi tuntutan pekerjaan bisa membuat seseorang bisa merasa begitu lelah dan kewalahan.
Kalau cara kerja atau perusahaan menghargai pekerjaan tidak sejalan dengan harapan karyawan, itu bisa membuat semangat bekerja jadi menurun. Di masa modern seperti sekarang, fleksibilitas kerja juga bisa menjadi hal penting karena dapat membantu menentukan apakah orang bekerja di kantor atau di mana saja.
Selain itu, hubungan dengan rekan kerja, dukungan teknologi, serta kondisi tempat kerja juga sangat berpengaruh. Semua hal tersebut juga bisa menimbulkan reaksi emosional yang membuat pekerja justru merasa lebih baik atau malah lebih stres.
Salah satu penyebab utama lain dari burnout adalah kurangnya kendali karyawan atas pekerjaan mereka dan perasaan tidak didukung. Ketika karyawan tidak memiliki suara dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka, mereka bisa jadi merasa tidak berdaya.
Hal yang sama juga berlaku untuk dukungan. Ketika karyawan merasa bekerja sendirian atau tanpa panduan yang tepat, burnout bisa secara mudah terjadi. Tempat kerja tanpa budaya dukungan dapat dengan cepat menguras semangat bahkan dari karyawan yang paling antusias sekalipun.
Mengapa Burnout Sering Diabaikan?
Meskipun burnout bisa dialami oleh banyak orang, sayangnya tidak semua orang memahami apa yang sebenarnya terjadi pada para pekerja yang mengalaminya. Salah satu contohnya adalah ketika seorang pekerja mulai menunjukkan adanya penurunan produktivitas.
Kondisi ini sering kali langsung dianggap sebagai bentuk kemalasan, tanpa melihat lebih dalam apa yang sebenarnya menjadi penyebabnya. Padahal, tidak adanya dukungan dari perusahaan, atau bahkan gejala kelelahan yang sudah muncul sejak awal namun diabaikan, sering kali menjadi akar dari permasalahan tersebut.
Beberapa pekerja bahkan merasa sulit untuk benar-benar meninggalkan pekerjaan meskipun sedang di hari libur. Ini bisa menjadi salah satu faktor yang dapat memperburuk kondisi kelelahan mental dan fisik.
Tekanan kerja yang datang secara terus menerus, ditambah dengan kompetisi dunia kerja yang tidak pernah berhenti membuat banyak karyawan harus tetap terus “siap” dan bekerja tanpa jeda.
Waktu untuk beristirahat yang seharusnya menjadi hak pun sering bergeser, bahkan di akhir pekan maupun saat cuti. Sayangnya, tanda-tanda kelelahan seperti ini sering disalah artikan sebagai bentuk kemalasan, baik oleh rekan kerja, atasan, maupun perusahaan itu sendiri.
Selain itu, keputusan karyawan untuk menghabiskan waktu di rumah saat hari libur juga kerap dipertanyakan. Ada anggapan bahwa cuti hanya boleh diambil untuk urusan penting atau liburan ke luar rumah.
Padahal, bisa saja seseorang hanya ingin beristirahat dan memulihkan diri tanpa harus pergi ke mana-mana. Tidak hanya itu, stigma yang salah juga turut memperburuk keadaan.
Misalnya ada anggapan bahwa pekerja kantoran atau pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga fisik seperti buruh kasar, tidak mudah mengalami kelelahan. Padahal, kelelahan tidak hanya bersifat fisik, ada juga kelelahan mental yang sangat nyata dan bisa sangat menguras energi, dan itu diakui oleh Badan Kesehatan Dunia.
Kesimpulan
Pada akhirnya seperti kata Oprah Winfrey, tapi apa yang terjadi ketika kamu bekerja keras pada sesuatu yang tidak memuaskan? Itu menguras jiwamu. Itu merampas semangat hidupmu. Akhirnya kamu merasa kehabisan tenaga, depresi, dan marah.
Itu sebabnya, istirahat adalah hak semua orang, bukan sekadar hadiah. Mengenali burnout secara dini dapat menjadi langkah awal untuk bisa memulihkan diri, bukan menunjukkan kelemahan atau kemalasan.
Disclaimer: Artikel ini hanya bertujuan memberikan informasi, bukan nasihat medis profesional. Hubungi tenaga medis profesional jika membutuhkan bantuan.
Popular Posts
YouTube Perbarui Cara Perhitungan Views di Shorts, Kreator Kini Bisa Dapat Gambaran soal Performa Konten
- Get link
- X
- Other Apps
5 Rutinitas Malam yang Bisa Bikin Tidurmu Lebih Berkualitas
- Get link
- X
- Other Apps

Comments
Post a Comment